Tag: gunung semeru
-
Roman Pagi dari Puncak-Puncak Tertinggi
Pada saatnya, saya termasuk sekelompok orang yang rela menahan kantuk, dingin, dan bersusah payah demi matahari terbit dari puncak gunung. Meninggalkan kehangatan tidur untuk sebuah pengalaman, yang saya harus jujur, tidak akan terlupakan seumur hidup. Bahkan rela jauh dari kenyamanan rumah. Memasuki zona bahaya yang tak terprediksi. Sementara situasi terkini yang telah mengglobal, memaksa kita…
-
Memeluk Kala di Ranu Kumbolo
Alasan mencintai perjalanan ke Ranu Kumbolo adalah kala bisa berjalan teramat lambat di sana, karena ia seakan didekap untuk dinikmati.
-
Kembali ke Kapas Biru
Sebuah pertanda berupa lahan padi di tubir anak sungai Kali Glidik menunjukkan bahwa trekking hampir mendekati akhir. Saya melihat arloji. Sudah pukul 09.40. Sudah 40 menit kami berjalan dari tempat parkir. “Masih jauh, Mas?” tanya Rizky yang berjalan di belakang saya. Saya menggeleng, lalu menelunjuk pada sebuah jembatan bambu di depan kami. Memberi kode pada…
-
Ketika Gunung Dirindukan
Saya pikir, tak perlu menunggu menjadi sepasang kekasih untuk merasakan rindu. Karenanya rindu itu bersifat universal. Dapat berlaku untuk apa saja. Termasuk rindu pada ketinggian (gunung). Menuntaskan rindu pada gunung, berarti membicarakan kenangan-kenangan pendakian sebelumnya. Suka atau duka, tetap berujung rindu.
-
Sriwijaya Inflight Magazine Edisi Juni 2015: Selamat Pagi, Mahameru!
Tak bisa dipungkiri, Gunung Semeru dengan puncaknya yang bernama Mahameru merupakan gunung idaman bagi mayoritas pendaki Indonesia. Statusnya sebagai tanah tertinggi di Pulau Jawa menjadikannya ramai dikunjungi para pendaki demi kebanggaan individu maupun golongan. Dalam pendakian untuk yang keempat kalinya ini, saya membawa misi lebih dari sekadar gengsi. Menyaksikan matahari terbit dari Mahameru untuk yang…
-
Wajah-Wajah Pagi di Ranu Kumbolo
Saya tak mengindahkan apapun yang dilakukan tubuh dalam lelap, setelah semalam mengabadikan gemerlapnya gemintang di langit Ranu Kumbolo. Telanjur dimanjakan hangatnya balutan sleeping bag berbahan dracon dan polar. Belum lagi kupluk dan jaket gunung yang ikut menghangatkan. Bergitulah nikmatnya melalui malam bersama dunia mimpi. Oh tunggu, bahkan saya yakin tidak bermimpi apa-apa. Tahu-tahu sudah Subuh. Saya tahu saat itu sudah Subuh, karena…
-
Aku, Verbena Brasiliensis, dan Pesan Lestari
Aku berhenti sejenak setelah berlari penuh ambisi dari Tanjakan Cinta. Tanah berdebu sabana Oro-oro Ombo sudah kujejak teguh. Aku ingin ngobrol sebentar dengannya, Sebentar, kutata dulu napasku yang masih tersengal.