Tag: bloggerwalking
-
#BloggerWalking: Kepulangan (Bagian 10-Selesai)
Selasa pagi. Barang-barang saya sudah terkemas satu-persatu. Mengisi ruang kosong yang masih tersisa di dalam tas ransel. Seperti biasa, repacking adalah ritual yang selalu berjalan lambat. Apalagi waktu keberangkatan kereta masih cukup lama. Tetapi, ini Jakarta. Jarak tak selalu berkorelasi dengan waktu tempuh. Ini ibukota negara. Padat merayap dan macet adalah sarapan sehari-hari. Saya memutuskan…
-
#BloggerWalking: Pertemuan Senin Antara Serpong-Jakarta (Bagian 9)
Mas Ari, saya sudah di depan BSD Plaza. Begitu isi SMS-nya. Yang saya ketik dan kirimkan seturun dari angkutan kota berwarna biru langit. Kemudian, saya melipir ke sayap kanan plaza. Duduk manis menunggu Mas Ari menjemput di depan pagar menjulang kantor GraPARI Telkomsel BSD (Bumi Seprong Damai) City. Ya, ini adalah yang disebut kota di dalam…
-
#BloggerWalking: Banten Lama Yang (lama-lama) Semakin Merana (Bagian 8)
Sungguh bisa dibilang saya sama sekali nyaris tidak terkesima. Apalagi terkesan. Mungkin lebih patut dibilang terpana dan terperangah. Namun, terpana dan terperangah yang malah berujung empati. Saya terkejut. Saya tak akan panjang lebar bertutur, demikianlah ini apa yang terlihat. Hanya langit biru yang menghibur. “Langitnya lagi bagus, Om,” kata saya kepada Om Tio. Bersama Abyan,…
-
#BloggerWalking: Di Pulau Merak Kecil, Kami Memandang Senja (Bagian 7)
Bis dengan warna kebesaran dominan kuning dan merah kami naiki agak tergesa. Bis berpendingin udara tersebut nyaris penuh. Beruntung, saya, Mbak Noe dan kedua anaknya (Daffa-Abyan) mendapatkan tempat duduk. Setidaknya, kami mendapatkan “angin” segar yang kontras dengan hawa di luar bis yang sangat terik. Menyengat. Lalu di mana Om Tio dan Muchlis? Mereka berdua kembali…
-
#BloggerWalking: Tertampar Malu di Rumah Dunia dan Gong Library (Bagian 6)
“Mbak, kami sudah naik bus dari Kampung Rambutan.” Begitu isi pesan Whatsapp saya ke Mbak Noe. Setelah itu, saya dan Muchlis bergantian merem-melek karena ngantuk. Pendingin udara bus Primajasa ini sukses membawa kami melayang ke alam mimpi. Walau hanya sesaat. Saya sendiri, terbangun dari lelap sejenak hanya karena dua hal. Pertama, karena harus membalas pesan…
-
#BloggerWalking: Jalan-jalan ke Taman Nasional Gunung Halimun Salak (Bagian 5)
Mbak Donna beserta suami melepas kepergian saya di stasiun KRL Universitas Indonesia. Tak lupa salam pamit dan harapan agar kembali bersua di lain hari. Entah itu saya yang kembali ke Depok, atau mereka yang akan ke timur, tempat saya lebih banyak menghabiskan awal usia. Gerbong KRL menuju Bogor pagi itu tak terlalu ramai. Saya dapat menemukan…
-
#BloggerWalking: Pertemuan Petang dan Depok yang Basah (Bagian 4)
Saya melihatnya sekilas memasuki lobi sebuah mal. Dia bersama dengan seorang teman yang saya juga tahu siapa. Saya membuntutinya, diikuti oleh Mbak Donna dan Mas Gio. Dia mengangkat gawainya, mencoba menelpon ke gawai saya. Saya biarkan, sembari tertawa kecil. Sampai di depan sebuah kios, dia menutup teleponnya lalu menghentikan langkah. Saya mendekat. “Halo, Deb! Apa…
-
#BloggerWalking: Menyusuri Kebun Raya Bogor (Bagian 3)
Usai salat Jumat, Saya dan Mbak Donna kembali berjalan ke arah timur. Menyusuri trotoar yang melekat di sisi pagar Kebun Raya Bogor (KRB). Cukup berkeringat, namun langit kota Bogor agak mendung siang itu. Menahan pancaran terik matahari menembus bumi Kota Hujan. “Tumben lalu lintasnya agak sepi. Biasanya jalan depan KRB ini sering macet. Apa karena…
-
#BloggerWalking: Cerita Kecil Menuju Kebun Raya Bogor (Bagian 2)
Jumat pagi di Stasiun KRL Tanjung Barat. “Se..la…mat… Pa…gi…” Saya tersentak. Sapaan lembut dari suara laki-laki ternyata muncul di belakang saya. Seorang petugas keamanan bagaikan guru TK yang menyapa murid-muridnya sebelum masuk kelas. “Da…ri… Ma…na…?” tanyanya lagi dengan senyum mengembang. Tetapi, ia tidak melihat wajah saya. Matanya tertuju pada kamera hitam yang tergantung di leher.…
-
#BloggerWalking: Bertemu Bapaknya Jalan Pendaki (Bagian 1)
Suara pintu kamar kos terbuka. Saya terbangun dari tidur siang yang cukup nyenyak. Seperti mendapatkan jam tidur pengganti, setelah perjalanan panjang dari Malang ke Jakarta dengan kereta api Matarmaja. Muchlis, sang penghuni yang asli membuka pintu kamarnya sendiri, yang sedari siang saya “jaga” dengan tidur. “Tidur bro?” tanyanya. “Iya Mu, ketiduran, hehehe.” Dia baru pulang…