-
Senyawa Alas Lali Jiwo: Kembali ke Peraduan (8)
Aku pernah berkata kabut adalah teman sejati di Arjuno dan Welirang. Tak peduli cerah sekalipun. Lebih-lebih saat musim hujan. Tak pandang tempat rendah atau tinggi. Saking seringnya kabut turun, pendaki sampai tidak perlu khawatir. Pendaki yang paling tahu kapan bisa terus berjalan atau harus berhenti. Berupaya tetap tenang di segala situasi. Dan bukan kali ini…
-
Senyawa Alas Lali Jiwo: Tengara di Antara Solfatara (7)
Cantigi gunung punya nama lain: Manisrejo. Karena memang banyak ditemui hampir di seluruh gunung di Pulau Jawa. Mampu tumbuh dalam kondisi ekstrem di ketinggian, biasanya bersamaan dengan edelweiss. Paling mudah ditemui di sekitar area kawah pegunungan berapi. Manisrejo adalah tanaman idola pendaki. Selain tampilan yang menarik, baik daun maupun buahnya bisa dikonsumsi. Menjadi salah satu…
-
Senyawa Alas Lali Jiwo: Energi Cantigi (6)
Lagi-lagi aku terlalu percaya diri. Aku menyebut waktu tempuh ke puncak Welirang setidaknya 2,5-3 jam. Aku lupa mengukur diri. Pencapaian segitu adalah diriku sekitar lima tahun lalu. Saat ini bisa jadi lebih dari itu. Tapi setidaknya aku bisa beralibi. Kali ini pendakianku jauh lebih santai. Mengikuti ritme teman-temanku, yang ternyata acapkali lebih cepat melangkah daripada…
-
Senyawa Alas Lali Jiwo: Riang Pagi Lembah Kidang (5)
Di blog ini, aku pernah bercerita betapa puitisnya Lembah Kidang. Pada suatu pagi dalam pendakian yang terjadi Maret 2016. Ketika sebagian teman pergi ke puncak Arjuno, aku bersama Rizky dan Kurniawan memilih tetap singgah di tenda. Kami menikmati pagi di lembah yang hijau dan damai. Maklum saja. Kami bertiga baru tiba di Lembah Kidang sudah…
-
Senyawa Alas Lali Jiwo: Terjala Gulita (4)
Jun dan Lidia terlihat berhenti di satu titik. Seruan dan lambaian tangannya menegaskan satu kepastian, bahwa tempat camp untuk kami telah ditentukan. Sudah ketemu. Inilah ujung penantian pendakian di hari pertama (29/05/2021). Aku sampai alpa mengecek waktu dan mencatatnya dalam aplikasi pencatat di gawai kecilku. Saking lelahnya, karena fokusku ingin segera membeber dan mendirikan tenda.…
-
Senyawa Alas Lali Jiwo: Tanjakan Asu Bukanlah Akhir (3)
Seingatku, kami sudah berjalan sekitar 30 menit dari Pondokan. Jalan teramat pelan. Lutut gemetar. Perut keroncongan. Ditambah angin malam yang bisa-bisanya tahu celah sempit di balik pakaian untuk membuat tubuh menggigil. Desing hawa malam bercampur keringat adalah salah satu mutualisme gunung yang menguji kami dan memicu pertanyaan, “Kenapa tak kunjung sampai?” Jun dan Lidia melesat…
-
Senyawa Alas Lali Jiwo: Taklimat-Taklimat yang Perlu Dicatat (2)
Baru saja sepelemparan batu dari Pos 3 Pondokan, tiba-tiba, Bruk! “Aduh! Lututku!” teriak Aiman. Kejadiannya begitu cepat. Aiman terperosok ke sebuah parit kecil di samping jalur pendakian. Ia jatuh dengan posisinya rebah bersandar ransel. Kaki kiri terangkat lurus, sementara kaki kanan terlipat. Kami semua kaget. Kami jelas mendengar Aiman mengerang sambil memegang lututnya. Aku dan…
-
Senyawa Alas Lali Jiwo: Sebuah Pengantar (1)
Perkiraanku meleset. Jarak dari Pos 3 Pondokan menuju Lembah Kidang, tempat kami akan berkemah, menjadi dua kali lipat dari semestinya. Jalan setapak yang tipis dan dirungkup semak-semak setinggi perut mendadak seperti kurang bersahabat. Tanah yang seharusnya enak dipijak, tiba-tiba terasa mengeras dan menyakitkan sendi-sendi lutut seperti makadam abadi sepanjang Pos 1 Perizinan Tretes hingga Pondokan.…
-
SEMESTA RENJANA: Belajar dari Keluarga Kecil Pencinta Alam
Judul Buku: Semesta RenjanaPenulis: Elisabeth MurniPenerbit: Laksana (Yogyakarta)Tahun Terbit: 2020, Cetakan PertamaTebal Buku: 192 halaman (14×21 cm)ISBN: 978-602-407-782-2Kategori: Parenting * Elisabeth Murni harus tahu ini: saya adalah orang yang sangat antusias ketika ia akan menerbitkan buku terbarunya. Tepat di hari yang sama ia menulis peluncuran buku di blog Ransel Hitam (ranselhitam.com), saya langsung menghubunginya dan…
-
“SELÉSA: Di Balik Sekat-Sekat Perjalanan”, Sebuah Upaya Menjemput Angan
Kamis pagi, 11 Maret 2021, bertepatan hari libur nasional Isra Mikraj, saya meluncurkan buku solo pertama saya: SELÉSA: Di Balik Sekat-Sekat Perjalanan. Saya membuka prapesan (Periode I) buku terbitan Sulur Pustaka tersebut selama dua pekan hingga 25 Maret 2021. Secara keseluruhan, SELÉSA: Di Balik Sekat-Sekat Perjalanan merupakan buku kedua saya setelah To Ado Re: A…