Menetapkan Langkah: Catatan dari Ecotourism Master Class Batch V (bagian ketiga)

Hari itu (20/1/2022) peserta Ecotourism Master Class Batch V dibagi menjadi tiga kelompok. Masing-masing akan praktik menyusun konten paket ekowisata yang akan dijual. Menentukan atraksi utama dan penunjang di dalamnya, bergantung pada target wisatawan yang dituju.

Ada sejumlah tema yang bisa dipilih, di antaranya alam, budaya, hingga kuliner. Setiap kelompok dibebaskan merancang rencana perjalanan wisata dan destinasi mana pun. Ada beberapa petunjuk kunci, yaitu memuat konten kegiatan wisata yang dilakukan, gambaran singkat pengalaman seperti apa yang akan dialami wisatawan, dan siapa yang bertanggung jawab dalam paket tersebut. Selain itu, atraksi wisata yang dilakukan harus memiliki dasar yang jelas, serta durasi waktu yang efektif, dan efisien.

Ekowisata senantiasa berbicara tentang detail. Dari hulu ke hilir. Ladang untuk berkolaborasi, bahu-membahu membangun paradigma berwisata yang ramah lingkungan. Bagi sebagian orang, ruh sejati ekowisata mungkin akan memberatkan. Terutama untuk yang hanya mengejar materi semata. Hanya mau uang cepat, begitu Pak Nurdin Razak mengibaratkan.

Dalam pandangan saya, hal tersebut menjadi pekerjaan rumah bagi siapa pun yang ingin nyebur di sektor ekowisata. Menurut Pak Nurdin, produk ekowisata harus memenuhi komponen-komponen kunci berikut: (1) local conservation, (2) local education, dan (3) local empowerment.

Pak Nurdin mencontohkan struktur organisasi dalam ecotourism

Secara garis besar, ekowisata memiliki kewajiban untuk menghasilkan perjalanan yang ramah lingkungan, meningkatkan literasi konservasi maupun penguasaan produk, dan memberdayakan (melibatkan) masyarakat lokal agar lebih sejahtera.

Upaya pelestarian bukan hanya merupakan tanggung jawab penyedia jasa, melainkan juga wisatawan yang telah membeli paket ekowisata. Sebab ekowisata turut mengajak wisatawan untuk terlibat secara aktif dan kreatif, sehingga kegiatan wisata yang dilakukan sekaligus menjadi wadah aktualisasi diri.

Itulah mengapa paket ekowisata yang benar-benar memenuhi prinsip-prinsip tersebut dinilai mahal bagi sebagian orang. Bagi saya, harga yang harus dibayar adalah bentuk respek dan apresiasi yang pantas terhadap wawasan penguasaan produk dari penyedia jasa serta kontribusi untuk ekonomi lokal dan pelestarian lingkungan. Hal ini sepadan dengan produk yang memiliki nilai tambah, unik, dan orisinal. Selaras dengan kemampuan untuk mereduksi dampak negatif pariwisata, menjaga kelangsungan sumber daya alam dan budaya.

Maka dalam paket yang dijual, pelaku ekowisata tidak hanya memikirkan uang bensin, tol, parkir, atau variabel-variabel umum lainnya. Tetapi juga memasukkan elemen-elemen yang disebut sebagai biaya jasa terhadap lingkungan hingga penguasaan interpretasi produk-produk ekowisata.

Dalam sesi kali ini, tiga kelompok peserta yang sudah diberi tugas belum sampai ke arah sana. Setidaknya, para peserta sudah dibekali kaidah-kaidah ekowisata yang perlu diimplementasikan lebih lanjut. Sementara cukup menyusun contoh paket beserta kontennya dalam durasi tiga hari dua malam dahulu secara efektif dan efisien.

Begitu waktu bertugas habis, Pak Nurdin meminta masing-masing kelompok presentasi di depan. Menjelaskan hasil penyusunan contoh paket yang telah dibuat. Seperti dua hari sebelumnya, antusiasme peserta membuat suasana kelas meriah dan diselingi canda.

Semua kelompok memiliki keunikan dalam paketnya. Kelompok Bu Eta dkk menawarkan wisata cagar budaya di Kota Lama Semarang, mengunjungi pasar tradisional, edukasi konservasi di kebun wisata pendidikan kampus UNNES, hingga mempelajari seni tradisi khas Semarang. Bu Nana dkk punya ide ekowisata khas pesisir utara seperti aktivitas bersama nelayan hingga konservasi mangrove. Tim Pak Sholeh dkk ingin menjual paket ekowisata bernuansa adventure, misalnya trekking ke air terjun, edukasi produksi kopi lokal lereng Gunung Ungaran, hingga bersepeda downhill.

Contoh paket ekowisata yang dipresentasikan salah satu kelompok

Dari presentasi ketiga kelompok itu, Pak Nurdin selaku mentor mengajak diskusi dan memberikan banyak saran. Beberapa yang penting antara lain penentuan atraksi utama dan penunjang dengan memerhatikan target wisatawan. Termasuk mempertimbangkan ritme dan emosi dari perjalanan yang dilakukan, seperti waktu terbaik kunjungan, urutan kegiatan yang tepat, dan cara mencapainya. Hal ini perlu diatur agar dalam satu hari tidak ada aktivitas berwisata yang terlalu padat, sehingga wisatawan akan lelah dan jenuh.

Tak kalah penting juga adalah seberapa unik produk ekowisata yang akan dijual. Sejauh mana dapat memberikan pengalaman baru dan meninggalkan kesan mendalam bagi wisatawan. Penguasaan produk oleh pemandu atau dalam ekowisata dikenal eco-interpreter menjadi kunci. Kemampuan bercerita (story telling) akan membuat suatu produk sederhana menjadi lebih bernilai tambah.

Dalam ekowisata, baik antara penyedia jasa maupun tamu harus saling sepakat dan bekerja sama agar perjalanan yang dilakukan ramah lingkungan. Dimulai dari hal-hal kecil seperti membawa botol minuman non-kemasan sendiri, mengurangi potensi sampah non-organik dari makanan kemasan, dan lain sebagainya.

Aspek-aspek seperti itulah yang menjadi pembeda signifikan antara ecotourism dengan mass tourism. Tidak mudah dipraktikkan memang. Namun, ketika ecotourism dan konservasi sudah ditanamkan sejak dalam hati dan pikiran, menjadi jiwa tersendiri, maka setelah itu tinggal menetapkan langkah lebih lanjut dan mengimplementasikan secara nyata di lapangan.

Kapan itu terjadi? Sekarang atau tidak sama sekali.

(bersambung)


(Foto sampul: Pak Nurdin Razak menjelaskan materi “travel pattern” sebagai bagian dari penyusunan paket ekowisata di hari ketiga Ecotourism Master Class Batch V)

2 tanggapan untuk “Menetapkan Langkah: Catatan dari Ecotourism Master Class Batch V (bagian ketiga)”

  1. […] [TULISAN SEBELUMNYA]Menentukan Langkah: Catatan dari Ecotourism Master Class Batch V (bagian ketiga) […]

    Suka

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

%d blogger menyukai ini: