Kamis pagi, 11 Maret 2021, bertepatan hari libur nasional Isra Mikraj, saya meluncurkan buku solo pertama saya: SELÉSA: Di Balik Sekat-Sekat Perjalanan. Saya membuka prapesan (Periode I) buku terbitan Sulur Pustaka tersebut selama dua pekan hingga 25 Maret 2021.
Secara keseluruhan, SELÉSA: Di Balik Sekat-Sekat Perjalanan merupakan buku kedua saya setelah To Ado Re: A Memorable Adventure to the Land of Exotic Beauty, sebuah proyek antologi yang dikerjakan bersama sejumlah travel blogger lainnya pada 2018 lalu.
Di Balik Layar
Saya hobi jalan-jalan kemudian mendokumentasikannya. Inilah latar belakang terbesar terbitnya buku ini.
Dahulu sekali, sekitar akhir 2012 atau awal 2013, saya pernah mengirimkan naskah buku ke sebuah penerbit besar di Yogyakarta. Saya menawarkan cerita tentang pendakian Gunung Semeru yang penuh perjuangan. Naskah yang masih ala kadarnya. Meskipun cukup tebal (setara 100 halaman A4), tapi ternyata belum cukup untuk meyakinkan hati redaksi untuk bisa naik cetak. Jawaban penolakan tersebut saya terima melalui surat elektronik tiga bulan setelah naskah saya kirim.
Saya tidak terlalu kaget dan terpukul, karena barangkali saya terlalu sembrono untuk mengirim naskah yang masih apa adanya. Ke penerbit mayor pula. Maka saya memutuskan untuk tidak menerbitkan buku saat itu. Saya merasa cukup menulis di blog, media sosial, atau berkontribusi cerita ke sejumlah media cetak seperti majalah perjalanan atau penerbangan. Saya “menabung” pengalaman dengan terus melakukan perjalanan.
Di sisi lain, teramat sering saya mendengar dorongan dari teman-teman blogger, para sahabat, hingga keluarga agar saya membukukan tulisan perjalanan saya. Baik yang sudah dimuat di blog maupun belum. Eman-eman, kata sebagian dari mereka. Saya pun seperti terpacu untuk mematahkan prinsip saat kuliah, “Setidaknya seumur hidup saya harus punya satu karya fisik dalam bentuk tulisan atau buku!”
Saya berhasil melakukannya pada 2016: bikin skripsi. Itu pun hasil dikejar-kejar dosen, tenggat waktu, dan harapan orangtua yang tak kenal kata menyerah agar anaknya bisa segera lulus.
Dari aktif mengelola blog ini pula, satu per satu jalan mulai terbuka. Termasuk proses penyusunan buku To Ado Re: A Memorable Adventure to the Land of Exotic Beauty. Saya sudah sangat bahagia begitu ada nama saya tertera di dalamnya dan ikut berkontribusi bersama penulis-penulis hebat lainnya. Kami menulis pengalaman masing-masing selama berada di Tidore (juga Ternate), yang waktu itu dalam rangka meliput peringatan Hari Jadi Tidore ke-909, 8-13 April 2017.
Kemudian pada 2019-2020, saya dipercaya seorang kawan istri saya, yang saat itu bekerja sebagai salah satu representatif Divisi EPC PT PP (Persero) dalam proyek PLTMG (Pembangkit Listrik Tenaga Mesin Gas) Bangkanai 155 MW, untuk menjadi editor dalam proyek dua jilid buku yang bercerita proses perjuangan dan pembangunan pembangkit listrik di belantara Kalimantan Tengah tersebut. Kedua buku tersebut, masing-masing berjudul Denai Pelita Bangkanai (2019) dan KM 38 (2020). Kedua buku tersebut meraih juara ketiga dalam PP Awards 2019 dan 2020. Masing-masing mendapat apresiasi pada kategori Buku Karya Engineering dan Buku Karya Konstruksi.
Sementara naskah buku pribadi yang dimulai sejak awal 2017 mengendap lama di laptop selama tiga tahun. Niat meneruskan tulisan-tulisan yang terbengkalai pasang-surut. Terbentur kemalasan-kemalasan (tak patut ditiru) ditambah kesibukan pekerjaan kantoran yang bisa dibilang berlangsung sepanjang hari. Jangankan menyusun paragraf, menambah satu kalimat saja butuh waktu berjam-jam. Seringkali saya hapus lagi karena tidak sreg. Sehingga nama file naskah tersebut tidak mengalami perubahan signifikan.
Pada akhirnya angan menerbitkan buku harus saya jemput sendiri. Setelah berjibaku dengan survei informasi penerbitan ke pelbagai tempat, saya memutuskan untuk mencoba layanan penerbitan mandiri (self publishing). Tepatnya di penerbit Sulur Pustaka, Yogyakarta. Walaupun berusaha meredam, sepertinya tiada satu hari pun tanpa merasa deg-degan. Maklum, segala proses hulu-hilir adalah serba pertama bagi saya. Saya banyak bertanya pada redaksi, juga ke istri saya yang sudah menerbitkan beberapa buku mandiri.
Bagaimanapun, ketika sampul buku ini dikirim redaksi kepada saya melalui WhatsApp, ditambah konfirmasi naskah siap cetak; saya tidak berhenti bersyukur. Apalagi ketika saya hendak memasarkan buku ini melalui media sosial, perasaan harap-harap cemas seperti tak berkesudahan.
Saya tak muluk-muluk. Saya hanya berharap agar buku perdana saya bisa bermanfaat untuk pembaca. Menjadi titik balik sekaligus lompatan agar saya bisa berkarya lebih baik lagi.
Buku ini tentang apa?
Ruh buku SELÉSA: Di Balik Sekat-Sekat Perjalanan sama dengan blog ini, menceritakan sejumlah pengalaman dan petualangan ke suatu tempat, yang adakalanya menemui hal-hal tak terduga. Menumpang tidur di rumah seorang nelayan yang baru dikenal, merasakan dihajar hujan dan tanjakan terjal di tengah hutan lebat, hingga hampir saja tidak bisa pulang ke rumah karena uang saku menipis.
Atau menuangkan pandangan terhadap sisi lain dari perjalanan yang dilakukan. Perjalanan bagi saya kerap bersifat personal, kemudian apa yang saya lihat selama berjalan adalah cermin. Saya berusaha menyibak batasan-batasan untuk mereguk makna—tersirat maupun tersurat—di setiap langkah. Sejauh mana dapat belajar menerima dari perjalanan.
Sebagian cerita di buku SELÉSA: Di Balik Sekat-Sekat Perjalanan pernah saya tulis di blog ini. Namun, keterbatasan ruang maya membuat saya menuangkan lebih banyak detail dan kisah yang belum pernah saya ceritakan sebelumnya.
Saya sengaja menambahkan diakritik (é) pada kata “SELÉSA” untuk menunjukkan pelafalan [e] kata tersebut. Dalam kamus tesaurus tematis Bahasa Indonesia, Anda dapat melihat bahwa lema “selesa” berarti luas, lapang, atau lega. Apanya yang luas atau lapang? Jalan, hutan, laut, lapangan, atau apa?
Lalu ada apa di balik sekat-sekat perjalanan?
Ibarat naik kereta api dan kita duduk bersebelahan dengan penumpang lain. Terkadang ada sekat—seringnya tak kasatmata—yang membatasi kita untuk membuka pembicaraan antarpenumpang. Biasanya kita merasa cukup untuk sekadar bertanya tujuan, pekerjaan, atau bahkan gosip terkini. Setiap orang tentu memiliki privasi dan berhak untuk diam. Namun keterbukaan bisa saja akan membuka jendela cerita-cerita yang menginspirasi dan membuat kita belajar banyak.
Saya berusaha menuangkan itu ke dalam buku ini. Di antara berangkat dan pulang, ada relung-relung yang terisi dialog, suka-duka pengalaman hidup, hingga perenungan. Perjalanan mendorong kita berinteraksi. Interaksi dengan alam, manusia, dan bahkan diri sendiri akan membuka atau mungkin semakin menutup rapat sekat-sekat itu.
Prapesan Buku SELÉSA: Di Balik Sekat-Sekat Perjalanan
PRAPESAN PERIODE I
TELAH DITUTUP
Terima kasih bagi yang telah memesan buku.
Bagi yang belum sempat pesan, nantikan pemesanan selanjutnya 🙂

Judul buku: SELÉSA: Di Balik Sekat-Sekat Perjalanan
Penulis: Rifqy Faiza Rahman
Penyunting: Marsus
Penerbit: Sulur Pustaka
Tahun terbit: Maret, 2021
Tebal: 202 halaman
ISBN: 978-623-6791-31-8
Prapesan periode I berlangsung pada 11-25 Maret 2021. Tersedia empat paket pembelian termasuk pilihan suvenir dengan keterangan seperti tercantum pada salindia-salindia berikut ini. Pembelian buku sepenuhnya dilakukan secara daring dengan mengisi formulir pemesanan di: tinyurl.com/bukuselesa.
Setelah mengisi formulir pemesanan dengan lengkap, penulis akan menghubungi Anda untuk mengkonfirmasi pesanan, ongkos kirim, dan opsi pembayaran. Sebagai informasi, proses produksi buku hingga sampai di tangan penulis diperkirakan memerlukan waktu 2-3 minggu.
Mau tanya-tanya dulu? Boleh! Silakan mengontak penulis langsung melalui saluran-saluran berikut:
Email: hello.rifqy@gmail.com
WhatsApp/Telegram: 0823-3075-1695
Facebook: Rifqy Faiza Rahman
Instagram: @papanpelangi
Twitter: @papan_pelangi
Sudah berminat? Ditunggu kabar gembiranya, ya! 😊
SELESA #DiBalikSekatSekatPerjalanan #SulurPustaka #papanpelangi
Tinggalkan Balasan