Kabupaten di ujung timur Pulau Jawa ini tengah naik daun. Sang juara dunia pariwisata tahun 2016 versi UNWTO ini memiliki keragaman atraksi.
Tentu gelar ”Sunrise of Java” bukanlah gurauan.
* * *
Sudah cukup lama saya kepincut dengan Banyuwangi. Kabupaten yang mulanya dahulu dikenal sebagai sarang ilmu santet, dalam beberapa tahun terakhir dengan cepat berubah menjadi daerah yang penuh atraksi wisata dan ramah tamu. Didukung keadaan geografis –bertetangga dengan Pulau Bali- dan bentang alam yang lengkap, Banyuwangi kini menjadi model utama percontohan pariwisata di Indonesia.
Waktu yang terbatas bukanlah halangan untuk bertualang alam di Banyuwangi dalam sehari. Terlebih jika menikmati pagi, siang, dan sore di tiga tempat yang berbeda di tanah Osing terebut, misalnya: Kawah Ijen, Teluk Hijau, dan Pulau Merah. Yang penting untuk dipersiapkan, fisik dan baterai kamera yang prima.

Menyambut Pagi di Kawah Ijen
Tak harus mengejar si api biru (blue fire) di Kawah Ijen. Ada atraksi alam lain yang layak dinanti jika cuaca cerah, yaitu matahari terbit. Atau setidaknya, menyaksikan warna khas fajar setelah Subuh berlalu. Seperti yang saya lakukan.
Untuk mencapai niat tersebut, ada 3 km trek pendakian yang harus dilalui. Saya memulai pendakian sekitar pukul 02.30 dari pos Paltuding. Meski jalurnya terbilang
pendek, tapi saya tetap melengkapi diri dengan jaket gunung agar tubuh tetap hangat.
Sekitar 1 km pertama akan menanjak hingga Pos Bunder, tempat penimbangan dan bongkar muat belerang oleh para penambang. Di 2 km sisanya, trek tidak terlalu menanjak. Namun kondisi yang terbuka menyebabkan angin yang dingin mudah menerpa tubuh. Saya sering berhenti ketika angin mendadak berembus kencang, menerbangkan debu tebal dan asap belerang yang menyengat.

Teluk Hijau, Keterpencilan yang Memukau
“Trekkingnya paling sekitar setengah jam, Mas” ujar Rommy, teman saya yang asli Banyuwangi. Dia menemani perjalanan saya ke Teluk Hijau (Green Bay) dengan
menumpang sepeda motor miliknya. Pantai ini terletak lumayan jauh, sekitar 3 jam perjalanan dari pusat kota Banyuwangi.
Dimulai dari tempat parkir motor, kami berjalan menyusuri jalan setapak yang berundak di tepi tebing. Pengelola sudah menata jalan beralas tanah ini seperti anak tangga dan diberi pagar pengaman, ditambah tali tampar sebagai pegangan apabila jalan licin saat musim penghujan.
Trekking awal hanya menanjak sedikit, lalu seterusnya menurun hingga tiba pada
sebuah dataran dengan garis pantai cukup panjang. Namanya Pantai Batu, karena
banyak bebatuan berbagai macam ukuran di tepi pantai. Pantai Batu ini berujung
pada tebing karang yang memiliki celah di antaranya. Menawan. Tanpa terasa
akhirnya kami tiba di pantai yang dituju 10 menit lebih cepat.

Menutup Senja di Pulau Merah
Jelang Asar, saya menuju Pulau Merah yang berjarak sekitar 1 jam dari Teluk Hijau. Pulau Merah memiliki garis pantai yang sangat panjang. Ombaknya bergulung kencang dan menjadi idaman peselancar, karena bagian bawah gelombangnya berupa pasir, bukan karang seperti di G-Land (Pantai Plengkung). Pantai ini juga menjadi tuan rumah event International Surfing Competition.
* * *
Tulisan ini dimuat dalam Rubrik Travel hal. 40-46, Xpress Air Inflight Magazine Edisi 16, Juni 2015. Untuk foto dan tulisan lebih lengkap dapat dibaca secara daring di tautan berikut.
Foto sampul:
Kawah Ijen Banyuwangi
Tinggalkan Balasan