Pendakian Gunung Slamet Jalur Bambangan, Atap Tertinggi Jawa Tengah

Warga dusun melintas di jalan kampung dengan latar belakang Gunung Slamet

Melakukan pendakian ke Gunung Slamet, gunung tertinggi di Jawa Tengah lewat jalur Bambangan itu, adalah persoalan bercampurnya rasa penasaran dan pemenuhan tantangan. Seperti apa sih rasanya mendaki gunung tertinggi kedua di Pulau Jawa setelah Gunung Semeru itu?

Perlahan tapi pasti, rasa penasaran akan pendakian Gunung Slamet tersebut mulai terpupus saat hari keberangkatan. Panjang dan lelahnya perjalanan dari Malang ke stasiun Surabaya Gubeng, lalu dilanjut dengan kereta api Logawa ke stasiun Purwokerto luruh seketika setibanya saya dan teman-teman setim di basecamp Bambangan. Kami disambut tuan rumah pemilik basecamp dengan suguhan makan malam nasi, mi goreng, kering tempe, telur mata sapi dan mendoan. Sangat mengenyangkan dan saya pun makan dengan kalap. “Sambutan” yang sangat hangat, bukti keramahan warga di kaki gunung.

Angin malam berembus menusuk, memasuki celah jendela dan langit basecamp. Sementara yang lain merasakan kehangatan lelap dalam sleeping bag, saya memilih tidur dengan berselimut sarung. Tak sabar untuk segera meniti jejak di hutan rimba Gunung Slamet esok pagi.

Jalur Pendakian Yang Tak Mudah
Saya dan teman-teman memulai pendakian Gunung Slamet dari Dusun Bambangan, Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah. Sama seperti Ranu Pani atau B29 Argosari, saya menyebutnya desa di atas awan. Saat matahari sudah terbit, saya berdiri di sebuah teras rumah. Di kejauhan nampak awan bergulung-gulung, seolah-olah kampung ini berada lebih tinggi dari lautan awan itu.

Pendakian Gunung Slamet Jawa Tengah
Matahari terbit dan lautan awan dilihat dari Dusun Bambangan, Purbalingga, Jawa Tengah

Dusun ini memiliki hasil pertanian (utamanya sayuran) yang berlimpah. Wortel, kubis, dan bawang merah adalah komoditas yang paling dominan. Saat pagi yang cerah, dari jalan kampung terlihat jelas vegetasi hutan lebat menyelimuti seluruh tubuh Gunung Slamet. Vegetasi tersebut terhenti pada batas yang disebut Plawangan, berganti dengan lumuran pasir dan bebatuan hingga puncaknya.

Pukul 08.30. Pagi terus berlalu.

Pendakian Gunung Slamet Jawa Tengah
Tim pendakian Gunung Slamet di depan gerbang pendakian Pos Bambangan, Purbalingga. Dari kiri-kanan: Isti, Fitrah, Zaka Mubarok, Figur (belakang), Zaki Mubarok, Jeanni, Kurniawan (belakang), Frida, Lutfi (jongkok), dan saya. Foto oleh Mas Arif,

Gapura sebagai gerbang pendakian menuju puncak Gunung Slamet menjadi awal perjalanan yang sesungguhnya. Tak lama setelah melewati bentangan ladang pertanian warga, jalan setapak menanjak sudah menghadang. Matahari menerpa kami begitu keras. Pepohonan tumbuh renggang, membuat saya berpeluh cukup deras. Dengan kondisi jalur yang demikian, kami membutuhkan waktu 1 jam 45 menit untuk tiba di Pos 1 Pondok Gembirung.

Trek selanjutnya tetap tak bisa membuat kami sedikit pun menghela napas lega. Namun, vegetasi pepohonan yang mulai rapat memberi kesempatan kami menghirup napas lebih segar. Dengan waktu tempuh yang sama seperti menuju Pos 1, kami tiba di Pos 2 Pondok Walang. Di pos kedua ini, meskipun tidak ada sumber air, terdapat tanah datar cukup luas untuk mendirikan tenda.

Jalan setapak kembali menyempit, membuat saya kerap bersenggolan dengan semak-semak basah. Tanpa ada aba-aba, hujan deras mengguyur tiba-tiba dalam separuh perjalanan menuju Pos 3 Cemara. Tak ayal, trek tanah yang sudah lembab karena ternaungi hutan lebat menjadi sedikit berlumpur dan licin. Seingat saya, waktu sudah menunjukkan pukul 15.00 saat kami tiba di Pos 3. Di pos ini, fisik sebagian rekan pendaki perempuan mulai melemah.

Kami mempercepat langkah, menerjang hujan dan semak-semak basah yang agak menutup jalur di beberapa titik. Sejam berselang, kami tiba di Pos 4 Samaranthu yang terkenal angker. Jarang ada pendaki yang jika tidak terpaksa akan bermalam di sini. Bersamaan dengan ketibaan kami, hujan deras yang sedari tadi membasahi tubuh mulai mereda.

Ketika teman-teman beristirahat di Pos 4, saya dan Mas Kurniawan memutuskan untuk melanjutkan langkah. Berjalan cepat ke Pos 5 Mata Air, agar segera mengambil tambahan air dan menyiapkan minuman hangat. Telah disepakati bahwa di Pos 5 nanti kami akan istirahat untuk memulihkan tubuh sejenak. Mendekati Pos 5, vegetasi mulai agak terbuka. Sementara Gunung Slamet tertutup kabut pekat.

Sumber air terdapat di sungai yang mengalir di bawah Pos 5. Menuruni jalur sempit yang cukup curam dan licin. Sekalipun baru saja turun hujan, aliran air tidak begitu keruh. Masih sangat layak untuk dimasak dan diminum langsung.

“Ah, segarnya…,” desis saya saat iseng membasuh muka.

Cukup lama kami istirahat di Pos 5. Jelang petang, saya bersama Mas Kurniawan dan Lutfi memilih berjalan duluan agar dapat segera mendirikan tenda di Pos 7 Samyang Jampang. Menurut keterangan Mas Arif, teman lokal yang menjadi pemandu kami, waktu tempuhnya maksimal 1,5 jam dari Pos 5.

Gelap sudah memadu hari saat kami melewati Pos 6 Samyang Rangkah. Trek masih cukup licin dan menyempit dalam cerukan. Memaksa saya berpegangan pada ranting berlumpur di sisi kanan maupun kiri. Rain cover tas pun kerap bersinggungan dengan cerukan dan sesekali tersangkut dengan akar yang mencuat.

Saat vegetasi mulai kembali terbuka, samar-samar terlihat sebuah gubuk beratap di depan. Semakin mendekat, barulah saya tahu pasti jika kami sudah tiba di Pos 7. Akhirnya, 11 jam perjalanan menemui ujung di sini. Segera kami bergegas mendirikan dua buah tenda, satu di dalam pos, satu lagi di luar.

Seiring dengan kedatangan teman-teman yang lain, api kompor sudah menyala terang. Menu makan malam sedang dimasak, siap untuk mengisi ulang energi kami yang terkuras. Saya mengakui, meskipun “hanya” menjadi yang tertinggi kedua di Pulau Jawa, Gunung Slamet tak begitu saja memberikan kemudahan bagi pendakinya.

Summit Attack!
Saya baru benar-benar terbangun pada pukul 03.30. Begitu membuka mata, tubuh ini rasanya seolah ditusuk banyak jarum akupunktur. Nyaris setiap sendi terasa kaku, bagaikan terbelenggu dalam ranjang penghakiman. Saya tak ada maksud bercanda, tetapi sungguh butuh perjuangan cukup ekstra untuk bangkit dari tidur. Suara gemeretak pada sendi-sendi terdengar lirih saat meregangkan tubuh. Mirip suara derit pintu yang engselnya karatan.

Puncak tinggal 1,5 jam lagi. Saya berharap semoga tubuh saya tidak copot selama perjalanan.

Sejam berselang, usai melengkapi diri dengan perlengkapan “tempur”, saya dan teman-teman memulai langkah ke puncak. Meninggalkan camp di Pos 7 untuk sejenak. Seulas garis tipis sang fajar mulai terlihat di ufuk timur. Cukup untuk dijadikan pertanda bahwa pagi ini akan cerah.

Pendakian Gunung Slamet Jawa Tengah
Sang fajar mulai merekah di ufuk timur

Jalur pendakian yang terbentuk di tengak cerukan sempit kembali lapang, kala kami tiba di Pos 8 Samyang Ketebon. Sebuah tempat datar sempit, semata hanya tempat transit.

Sang fajar semakin merekah ketika kami merengkuh vegetasi terakhir di Pos 9 Plawangan. Plawangan, atau batas vegetasi di gunung ini ditandai dengan seonggok pohon cantigi dan papan besar berwarna jingga. Tetenger yang disebut terakhir menjadi penanda paling penting saat turun nanti. Semoga kabut tak tergesa menangkupnya. Medan pendakian pun berubah menjadi bebatuan dan tanah merah yang cukup licin.

Kami mulai berjalan terpencar. Menyisakan jarak yang cukup berjauhan, bergantung pada batas fisik dan mental masing-masing. Tapi tak ada kata batas untuk saling memberi semangat. Adagium alon-alon asal kelakon” menjadi senjata menapaki tanah merah gunung ini. Melangkah perlahan tapi pasti, karena puncak tertinggi sudah menanti.

Megahnya Puncak Gunung Slamet
Sudah satu setengah jam berlalu dari Pos 7 Samyang Jampang. Tanjakan sudah purna tugasnya menguji ketabahan para pendaki.

Kini terhampar tanah berbatu datar yang memanjang. Mengedarkan pandangan ke segala penjuru, semuanya begitu lepas tanpa pembatas. Batas-batas itu kembali pada pendaki, termasuk saya. Di titik ini, saya seperti mendapatkan kesempatan untuk meluapkan keharuan, kebahagiaan, dan kebanggaan. Kesempatan yang hanya datang sekejap saat berhasil menjejak di puncak gunung tertinggi. Plakat biru yang terserak begitu saja di tanah, menjadi bukti sahih yang mendukung atas keberhasilan tersebut. Tinta putih menggoreskan barisan abjad: Gunung Slamet, 3.428 Mdpl. Begitulah papan itu terbaca.

Raut wajah semringah, teriakan syukur menggema, kepalan tangan mengudara, sampai sujud mencium tanah keras berbatu. Begitulah polah saya dan teman-teman setibanya di puncak tertinggi Gunung Slamet. Rasa lelah mendadak lenyap seketika, luruh. Kami bagaikan kapal yang melepas sauh. “Bersandar” sejenak setelah mengarungi perjalanan berat sejak kemarin.

Pendakian Gunung Slamet Jawa Tengah
Kami yang pertama tiba di puncak Gunung Slamet

“Hore! Kita sudah sampai di puncak!” teriak si kembar Zaki dan Zaka memecah kesunyian.

Mereka pun berpelukan erat, saya berusaha merekamnya dengan cermat. Melihat mereka bagaikan menyaksikan adegan slow motion seperti dalam sinetron. Adegan berpelukan dengan teriakan haru dan bangga, seakan berakhir dengan bahagia.

Pendakian Gunung Slamet Jawa Tengah
Gunung Ciremai terlihat menyembul di kejauhan

Sembari menunggu teman-teman tiba di puncak, saya mencoba memotret sekitar. Pemandangannya sangat memukau. Menatap ke arah barat, Gunung Ciremai, tanah tertinggi di Jawa Barat terlihat kecil.

Komposisi menarik saya dapatkan saat menghadap ke arah matahari. Seorang rekan setim sedang berdiri tak jauh dari puncak, seakan melihat dua gunung yang berdiri bersandingan: Sindoro dan Sumbing. Di antaranya, terhampar lautan awan yang lembut bagaikan kapas. Menggoda saya untuk melompat dan bergulung-gulung di atasnya.

Pendakian Gunung Slamet Jawa Tengah
Siluet rekan setim menghadap Gunung Sindoro dan Gunung Sumbing yang bersandingan di tengah gumpalan awan.

Berpaling 180 derajat dari timur, saya melihat kepulan asap dari kawah aktif Gunung Slamet. Di dekatnya, terdapat tugu triangulasi, sebuah patok batas dua kabupaten: Purbalingga dan Banyumas. Alangkah besarnya gunung ini, karena ketika saya mendekati patok batas tersebut, saya serasa menginjakkan kaki di dua kabupaten. Kaki kanan di Purbalingga, kaki kiri di Banyumas. Sama seperti di Gunung Arjuno, terdapat patok batas antara Kabupaten Malang dan Pasuruan.

Pendakian Gunung Slamet
Kawah aktif di puncak Gunung Slamet

“Ayo, turun,” ajak teman-teman bersahutan.

Sudah saatnya untuk turun, lalu bergegas pulang. Rasa berat hati dan enggan pergi dari tempat berdiri dikikis oleh logika. Sebelum kabut membentang, sebelum badai menghadang. Toh, matahari juga kembali terselimuti awan kelabu.

Pendakian Gunung Slamet Jawa Tengah
Satu potret terakhir sebelum turun dari puncak Gunung Slamet

Aduhai, gunung ini. Walau namanya tak “seindah” alamnya, tapi namanya mengandung doa untuk semua. Untuk saya, para pendaki, dan warga lokal. Jika nama adalah doa, maka tepat jika gunung ini dijadikan contoh. “Slamet” dalam bahasa Jawa bermakna selamat. Maka, sekalipun ia senantiasa bergejolak dalam ruang kawah dan kepulan asapnya, ada doa agar keselamatan tetap menaungi bagi kehidupan di dalamnya atau di kaki gunungnya.

Pendakian Gunung Slamet
Perjalanan turun dari puncak Gunung Slamet

Amin, ucap saya sembari menangkupkan telapak tangan ke muka. Perjalanan pulang masih panjang, yang hanya dengan mencoba menikmati semuanya akan mudah dilalui.

Salam pelangi. (*)

Tulisan ini diikutsertakan dalam lomba blog “Blog Competition #TravelNBlog 3“ yang diselenggarakan oleh @TravelNBlogID.


Foto sampul:
Warga dusun melintas di jalan kampung dengan latar belakang Gunung Slamet

157 tanggapan untuk “Pendakian Gunung Slamet Jalur Bambangan, Atap Tertinggi Jawa Tengah”

  1. wui bener kata kak cumi dan dita.. tulisanmu loh puitis hahaha

    Suka

    1. Rifqy Faiza Rahman Avatar
      Rifqy Faiza Rahman

      Haha, enggak lah mbak Winny, hanya berusaha nulis baku aja sesuai EYD 😀

      Suka

      1. Emang puitis sih 😀 terus foto – foto dari puncak gunung slamet nya kece badai~ :O

        Suka

        1. Disitu saya merasa minder dengan orang2 yg jago nulis cakep macam ini #nanggisKejer
          Btw temenku perna ilang 6 hari di gunung slamet, kata nya ketemu nenek2 yg menunjukan jalan turun lebih cepet tapi ternyata malah menghilang 😦 #Serem

          Suka

          1. hanjirr, yang bikin parno naik gunung itu yang kyak gini. Tapi bagaimana lagi, di alam ya gitu deh 😐 nggak boleh sembarangan.

            Suka

            1. Rifqy Faiza Rahman Avatar
              Rifqy Faiza Rahman

              Betul sekali, kita cuma tamu 🙂

              Suka

          2. Rifqy Faiza Rahman Avatar
            Rifqy Faiza Rahman

            Walah mas Cumi bisa aja, setiap orang kan punya karakter masing-masing 🙂

            Untuk peristiwa di luar akal kayak gitu sering terjadi Mas, di gunung manapun itu, yang penting harus mengerti medan dan fokus..

            Suka

            1. Aku lho bolak balik ke “MEDAN” tapi tetep aja takut diajak ke gunung #KagakNyambung
              Btw gw mau ke gunung, kalo yg ikut cakep2 unyu2 semak2an om cumi semua hahaha

              Suka

              1. Rifqy Faiza Rahman Avatar
                Rifqy Faiza Rahman

                NYambunge loh hahaha

                Hmmm, gitu ya *hunting yang cakep2* 😛

                Suka

    2. bawa pelampung Win, hati2 hanyut 😛

      Suka

      1. Rifqy Faiza Rahman Avatar
        Rifqy Faiza Rahman

        -_______-“

        Suka

      2. hahhahah tak bisa bereng ya

        Suka

  2. Pengen lompat di lautan awan… keliatannya empuk, hehehe… Tulusanmu keren, Qy.. (y)

    Suka

    1. Rifqy Faiza Rahman Avatar
      Rifqy Faiza Rahman

      Waduh, jangan mbak hehehehe 😀

      Maturnuwun mbak 🙂

      Suka

  3. Nih gunung ketiga yang menjadi ambisi saya untuk didaki dan belum kesampaian….
    Foto nya mantap….

    Suka

    1. Rifqy Faiza Rahman Avatar
      Rifqy Faiza Rahman

      Siapkan diri dengan matang, dan selamat mendaki segera setelah Slamet kembali “adem ayem” dari gejolaknya 🙂

      Suka

  4. Yee, aku disebut… hehe Mbok aku diajak mas yen ndaki. Wis suwe ora nyusur gunung 🙂

    Suka

    1. Rifqy Faiza Rahman Avatar
      Rifqy Faiza Rahman

      Hehehe, monggo mas e, kapan ke mana? 😀

      Suka

  5. Cakep banget view di puncak itu Mas Rifqy. Seperti langsung bersentuhan sengan awan dan langit biru 🙂

    Suka

    1. Rifqy Faiza Rahman Avatar
      Rifqy Faiza Rahman

      Alhamdulillah lagi cerah saat itu Bu, dan di luar ekspektasi juga dapat pemandangan demikian 🙂

      Suka

  6. Fotonyaaaaaaa…. subhanallah.
    Tulisannyaaa…… Allahu Akbar

    Membaca blogmu membuat kita mengingat kebesaran Allah, dek. Luwaaarr biyasaaa

    Suka

    1. Rifqy Faiza Rahman Avatar
      Rifqy Faiza Rahman

      Hahaha, njenengan bisa saja. Masih berusaha menulis baku sesuai EYD kok mbak, maturnuwun 🙂

      Suka

  7. Eh, lupa 🙂 SEMOGA JUARA ya deeek. Proud of you…! :))

    Suka

    1. Rifqy Faiza Rahman Avatar
      Rifqy Faiza Rahman

      Amin, sama-sama mendoakan kesuksesan masing-masing yo mbak 🙂

      Suka

  8. Keren banget lautan awannya mas,
    Gunung Slamet tak kalah indahnya juga dengan Semeru yah.

    Suka

    1. Rifqy Faiza Rahman Avatar
      Rifqy Faiza Rahman

      Ya setiap gunung punya karakteristik dan keindahan masing-masing Mas 🙂

      Suka

  9. Eh ini fotonya keren keren ya. Bikin adem pas ngeliatnya. Jadi ada destinasi baru yg patut dicoba.

    Suka

    1. Rifqy Faiza Rahman Avatar
      Rifqy Faiza Rahman

      Silakan segera mencobanya ya 🙂

      Suka

  10. Terimakasih sudah membawa pembaca ke dunia atas sana yang begitu indah.

    pengalaman yang begitu luar biasa.

    saya pun ikhlas tuk mengamini,menangkupkan kedua tangan kemuka saya sembari berdoa “semoga mas rifqy yang menang”

    Suka

    1. Rifqy Faiza Rahman Avatar
      Rifqy Faiza Rahman

      Hehehe, amin mas, saya pun juga turut mendoakan njenengan biar kita sama-sama menjadi pemenang 🙂

      Suka

  11. Keren dan sangat menyentuh perasaan. Kok ya saya juga merasa terhanyut seperti pembaca lain, keangkeran Pos 4, susahnya mendaki di kala hujan, dan sumringah hati yang membuncah tatkala menyaksikan birunya langit diselimuti gumpal-gumpalan awan di bawahnya, waaaah… serasa pemandangan itu membentang di depan mata saya sendiri! Top banget!
    Semoga berhasil dengan kontesnya ya. Menurut saya tulisan ini layak menang :)).

    Suka

    1. Rifqy Faiza Rahman Avatar
      Rifqy Faiza Rahman

      Saya pun berharap njenengan bisa mencobanya langsung, karena jujur kata-kata yang saya tulis di sini belum cukup mewakili keindahan dan kesulitan yang sesungguhnya. Maturnuwun atas doanya, saya hanya berusaha menulis saja semampunya 🙂

      Suka

  12. Ahhh, gunung pun membuat tulisan ini mendayu kayak lagi merayu cewek mas 😀
    Mungkin aku harus mulai merencanakan untuk mendaki, biar bisa melihat keindahan dari puncak.

    Suka

    1. Rifqy Faiza Rahman Avatar
      Rifqy Faiza Rahman

      Hehehe, soalnya menurut saya sayang sekali jika sebuah pendakian gunung dipotong-potong setiap peristiwanya karena selalu berkesan banget. Yup, puncak hanya bonus kok, yang penting bisa pulang dengan selamat 🙂

      Suka

      1. Bener mas, yang penting selamat 🙂 Tapi bonusnya juga keren banget kok mas 😀

        Suka

        1. Rifqy Faiza Rahman Avatar
          Rifqy Faiza Rahman

          Hehehe, disyukuri saja Mas, mungkin Tuhan lagi baik sehingga ada kesempatan berdiri di puncak 🙂

          Suka

          1. Mas, setelah awal april aku baca ini dan tertarik unk mendaki. Alhamdulillah tgl 18-19 kemarin “keturutan” juga mendaki gunung. Walau hanya gunung Merbabu dan lewat jalan yg paling mudah (Selo), namun keindahnyannya luar biasa.. Bisa juga nanti nulis mendayu seperti tulisan mas heee

            Suka

            1. Rifqy Faiza Rahman Avatar
              Rifqy Faiza Rahman

              Alhamdulillah keturututan juga hehehe. Loh Mas, nek menurutku jalur Selo itu yang paling sulit dan menantang daripada Tekelan-Cuntel (Kopeng) atau Wekas, karena Selo ga ada sumber air dan dari sabana ke puncak trianggulasi kan nanjaknya panjang banget. Saya saja baru naik lewat Tekelan dulu, turunnya Selo karena mau ke MErapi. Waduh, yang penting nulis dari hati dan jadi diri sendiri aja 🙂

              Suka

              1. Iya mas, Insyaallah nulis dengan gaya sendiri 🙂 dan sepertinya kalau ada waktu luang dan ada teman, pengen naik tempat lain lagi 🙂

                Suka

                1. Rifqy Faiza Rahman Avatar
                  Rifqy Faiza Rahman

                  Ayo mas, moga-moga bisa ada kesempatan meet up, ngopi, lalu dipungkasi nanjak bareng 🙂

                  Suka

  13. seru! tapi tetep nggak pengen naik gunung :)) good luck ya!

    Suka

    1. Rifqy Faiza Rahman Avatar
      Rifqy Faiza Rahman

      Maaf baru balas Mbak, baru turun gunung juga hahaha. Kalau Gunung Bromo atau Tangkuban Perahu mau mbak? 😀

      Terima kasih mbak 🙂

      Suka

      1. Ibu penyu ,…. kamu kok sama kayak aku, katakan NO pada gunung kecuali ada ojek gendong, dibayar mahal #Ngarep atau nemenin selingkuhan hahaha

        Suka

        1. Rifqy Faiza Rahman Avatar
          Rifqy Faiza Rahman

          Padahal dari gunung dan hutan lah mengalir air sampai jauh sehingga bisa kita minum, dan dari gunung lah ia bisa mengikat air hujan sehingga daerah dataran rendah tidak kebanjiran 🙂

          Suka

          1. Ah air mengalir sampai jauh itu biarkan saja “Pipa PVC” yang urus hahaha

            Suka

  14. Aku suka deh sama cowo-cowo yang pusisi, sayang jodohku HAAFFFttt
    ajarin fahmi dong qi. muehehe

    Fotonya kereeeeeen, bikin pengen naik dan lupa klo lemah dingin (:

    Suka

    1. Gagal fokus untuk komen gara-gara baca ini :))))))
      Putri ihhhhh..

      Suka

      1. Rifqy Faiza Rahman Avatar
        Rifqy Faiza Rahman

        Hahaha, saya gagal fokus buat balas komennya sebenarnya juga 😀

        Suka

      2. Duuuh aku jadi malu. ahhaha tapi itu beneran tulus kak, aku kan anak sastra tapi nasipnya kurang bagus bagus dapet progremmer. ehehee

        Suka

        1. Rifqy Faiza Rahman Avatar
          Rifqy Faiza Rahman

          Tapi disyukuri lah ya mbak hehe 🙂

          Suka

    2. Rifqy Faiza Rahman Avatar
      Rifqy Faiza Rahman

      Maaf baru balas nih, baru turun gunung juga 😀

      Walah, mbak, kayak apa aja ngajarin puitis2an 😀 tapi kalau ngobrol langsung saya malah grogi pake puitis2an, takut krik krik. 😀

      Alhamdulillah, semesta lagi mendukung saat itu mbak, kamera kan tinggal merekam semampunya 🙂

      Suka

  15. Satu kata: Menakjubkan!

    Suka

    1. Rifqy Faiza Rahman Avatar
      Rifqy Faiza Rahman

      Terima kasih, terima kasih sudah berkenan singgah dan meninggalkan jejak di sini 🙂

      Suka

  16. “Puncak tinggal 1,5 jam lagi. Saya berharap semoga tubuh saya tidak copot selama perjalanan.” Hahahaha…

    Saya dulu kalau naik gunung suka becandaan sama temen2 untuk selalu bawa kunci pas untuk ngencengi baut dengkul yg sering kendor. Hahahahaha.

    Cakeepp mas. Ke Kerinci yuukk. Hihiihihi..

    Suka

    1. Rifqy Faiza Rahman Avatar
      Rifqy Faiza Rahman

      Hahha, asli beneran mas, rasanya hampir sama kayak naik Gunung Arjuno, sama-sama bikin sendi2 kayak mau copot saking tanpa ampunnya tanjakan demi tanjakan yang ada 😀

      Hahaha, sama dong becandaannya, kalau saya dan teman2 bawa obeng plus 😀

      Naah, gak tahu kapan nih, jauh dan lumayan loh ongkos dari Jawa Timur 🙂

      Suka

  17. Sejak obrolan kita di warung iga Semarang waktu itu, jadi kepikiran bener pengin naik gunung nih Qy. tapi masih menakar kemampuan dan tekad…kayaknya kok berat banget. Tapi jadi pengin lagi pas baca tulisan2-mu 😀

    Suka

    1. Rifqy Faiza Rahman Avatar
      Rifqy Faiza Rahman

      Hehehe, kalau Mbak Yusmei ada waktu luang, coba saja latihan fisik kecil-kecilan, kayak jogging, renang, sit up, push up, mandi habis Subuh (buat menguatkan sel darah putih). Supaya nanti ketika ada waktu buat naik gunung, njenengan sudah siap. Coba ke Merbabu saja lewat Tekelan (Kopeng), jalurnya bersahabat banget. Tapi, yang namanya naik gunung, tentu jalurnya pasti ada nanjaknya kan? hehehe

      Suka

  18. Fotonya petjahhh suka sama awannya. Ada niat pengen nyobain mendaki tapi takut nyusahin orang kalo” fisik gak kuat, kan kesian. Sukses terus …

    Suka

    1. Rifqy Faiza Rahman Avatar
      Rifqy Faiza Rahman

      Fisik itu bisa dilatih Mbak, yang sederhana saja kayak jogging, sit up, push up, kalau rutin, dijamin gak kaget dan lebih siap kalau diajak naik gunung, Terima kasih, sukses selalu juga 🙂

      Suka

  19. Mas Rifqi.. ini sebelum atau sesudah erupsi yah?
    Bahasa puitismu bisa bikin cowok jatuh cinta lho mas, hati2.. hahaha

    Plis Mas jadi guideku ke Slamet donk, eh bukan porter aja.. hahaha

    Suka

    1. Rifqy Faiza Rahman Avatar
      Rifqy Faiza Rahman

      Sebelum erupsi Mas. Waduh, saya musti waspada nih, jangan-jangan….. 😀

      Saya sih cukup sekali saja kayaknya Mas, jalurnya itu loh bikin sedih 😦

      Suka

      1. uwiiiiw sak durunge erupsi tah, kalo sekarang sudah buka belum ya?
        Ati2 saya colek-colek mas.. hahaha

        KIta mendaki ke gunung lainnya saja Mas..

        Suka

        1. Rifqy Faiza Rahman Avatar
          Rifqy Faiza Rahman

          Kayaknya sih belum Mas, tapi ndak tahu sih belum update beritanya lagi hehehe.

          Saya kangen sama Merbabu lewat jalur Tekelan hehehehe

          Suka

          1. Hayuulah direncanakan Mas, masih sbuk kuliah to?

            Suka

            1. Rifqy Faiza Rahman Avatar
              Rifqy Faiza Rahman

              Wes skripsian mas 😀

              Suka

  20. Rifqy Faiza Rahman Avatar
    Rifqy Faiza Rahman

    WKwkwkwk, kok bisa tembusnya JavaScript 😀

    Suka

  21. bacanya sambil deg2an mas, hwaa menantang sekali…

    Suka

    1. Rifqy Faiza Rahman Avatar
      Rifqy Faiza Rahman

      Ditunggu cerita Tamboranya, biar bisa deg-degan juga 😀

      Suka

  22. mbak indri aku aja gak paham sama seo apalagi javascript -,—

    Suka

    1. Rifqy Faiza Rahman Avatar
      Rifqy Faiza Rahman

      Kayak saya yo mas 😀

      Suka

  23. Weeee naik gunung nih, yang saya blm coba.. Keren tp ko feel kesananya masih kurang dibanding yg lain..

    Theme web simple and keren, pgn punya juga yg gini deh.. 🙂

    Suka

    1. Rifqy Faiza Rahman Avatar
      Rifqy Faiza Rahman

      Saya kadang juga merasa seperti itu, diajak naik gunung ini-itu tapi kalau feelnya kurang ya gak berangkat, seolah kayak belum ada dorongan kuat mendakinya hehehe.

      Ah ini cuma template gratisan kok Mas, makasih sudah mampir ya 🙂

      Suka

  24. Wah Mas, mau banget ke Triple S.
    Tapi tugas 2M (Merbabu-Merapi) aja belum terselesaikan, hehehe

    Suka

    1. Rifqy Faiza Rahman Avatar
      Rifqy Faiza Rahman

      Waduh, saya cukup 1S saja deh, belum berani ke 2S lainnya hiks… Nah 2M aja dulu lebih terjangkau di fisik dan mental 😀

      Suka

      1. Insya Alloh habis lebaran ada misi 2M.
        Tapi pengen juga ke Sindoro-Sumbing, hiksss *ah kebanyakan maunya nih orang*

        Suka

        1. Rifqy Faiza Rahman Avatar
          Rifqy Faiza Rahman

          Gapapa kepengen terus, siapa tahu keturutan hehe

          Suka

          1. Aamiin, semoga yang dari kata “mau” bisa jadi “terlaksana” 🙂

            Disukai oleh 1 orang

  25. Kalo ke triple S ini butuh stamina yang prima.
    Cakep tulisannya. Salut saya sama sampeyan bisa bikin tulisan mantap.

    Suka

    1. Rifqy Faiza Rahman Avatar
      Rifqy Faiza Rahman

      Betul sekali, saya baru ke 1S ini saja sudah megap-megap hehehe. Alah, maturnuwun, masih perlu sering-sering belajar nulis kok 🙂

      Suka

  26. Terus aku gak mok ajak Qy? awas yo koweeeee!!!

    Suka

    1. Rifqy Faiza Rahman Avatar
      Rifqy Faiza Rahman

      Aku yo ora diajak mangan duren nang wonosalam 😦

      Suka

  27. Foto di puncaknya bagusss banget Qy. Yen jadi naik sama mbak Yusmei, aku diajak yo hahaha… Betewe yang komen di sini terasa lebih puitis semua, bisa jadi satu postingan khusus pengomentar kayaknya hahaha

    Suka

  28. […] Mendaki Gunung Slamet, Atap Tertinggi Jawa Tengah […]

    Suka

  29. cakep bang, fotonya juga keren-keren, sukses..

    Suka

    1. Rifqy Faiza Rahman Avatar
      Rifqy Faiza Rahman

      Terima kasih ya kawan 🙂

      Suka

  30. kata-katanya puitis,,,,, kpan yaa aku nyusul

    Suka

    1. Rifqy Faiza Rahman Avatar
      Rifqy Faiza Rahman

      Terima kasih Mbak, kalua ada waktu pasti bisa segera nyusul 🙂

      Suka

  31. […] “Pernah Mas, Desember 2013 lalu, lewat Bambangan.” […]

    Suka

  32. tulisannya KEREN viewnya LUAR BIASA. Apalagi pas di bagian “Rasa lelah mendadak lenyap seketika, luruh. kami bagai kapal melepas sauh” jempol bgt itu tulisan. 3 x baca bagian itu bikin merinding disco (seolah larut kedalam situasi itu he..he..). Pasti kepake nih pengalaman yang mas Rifqy share (kalau jadi naik nanti). salam pelangi…

    Suka

    1. Rifqy Faiza Rahman Avatar
      Rifqy Faiza Rahman

      Gunung Slamet memang benar-benar menguji sedari awal sampai pulang pun. Wah semoga kesampaian ya, salam lestari dan salam pelangi 🙂

      Suka

  33. mau tanya info gunung slamet tgl 2-4 oktober dibuka enggak yaa ?

    Suka

    1. Rifqy Faiza Rahman Avatar
      Rifqy Faiza Rahman

      Mohon maaf Mas kalau itu kurang tahu. Tapi coba panjenengan kontak Mas Didin, orang basecamp Bambangan 085-726-034847 semoga belum ganti nomor.

      Suka

  34. membaca tulisan ini semudah menghidupkan imajinasi masuk dalam alur cerita .. november ini semoga jadi summit mt.slamet, thanks for share anyway..jd ga sabar
    Salam pelangi

    Suka

    1. Rifqy Faiza Rahman Avatar
      Rifqy Faiza Rahman

      Terima kasih sudah berkunjung mbak. Amiin, selamat mendaki, salam pelangi 🙂

      Suka

  35. hbs baca tulisannya , jadi tambh semngat buat tanggal 30 Mt slamet

    Suka

    1. Rifqy Faiza Rahman Avatar
      Rifqy Faiza Rahman

      Semangat Mas, hati-hati di jalan 🙂

      Suka

  36. Pelatihan Trainer NLP Indonesia 0821.4150.2649 Avatar
    Pelatihan Trainer NLP Indonesia 0821.4150.2649

    Mantab dah , Ntrippp bang 😀
    Coaching Indonesia

    Suka

    1. Rifqy Faiza Rahman Avatar
      Rifqy Faiza Rahman

      Hehehehe 🙂

      Suka

  37. Rifqy Faiza Rahman Avatar
    Rifqy Faiza Rahman

    Wah, suaminya suka mendaki juga Mbak? Gak ikutan Mbak? Hehehe. Iya biasanya disebut Triple S (Sindoro, Sumbing, Slamet), menjadi target favorit pendaki. Terima kasih sudah mampir Mbak, salam sukses selalu 🙂

    Suka

  38. Jadi pengen ke ciremai

    Suka

    1. Rifqy Faiza Rahman Avatar
      Rifqy Faiza Rahman

      Sama hehehe

      Suka

  39. Maaf mas mau nanya kalo dari stasiun purwokerto untuk menuju desa bambangan menggunakan via apa ? bisa dijelas kan mas , atau dari stasiun pwk ke terminal pwk jauh tidak ya ? makasih mas

    Suka

    1. Rifqy Faiza Rahman Avatar
      Rifqy Faiza Rahman

      Saat itu kami berombongan, sehingga menerima tawaran orang basecamp Bambangan untuk dijemput langsung ke stasiun. Jadi naik mobil pikap dari stasiun ke Basecamp Bambangan, Purbalingga, jaraknya sekitar 1,5 jam perjalanan kalau lancar.

      Bisa sih estafet dari stasiun ke terminal Purwokerto dulu pakai angkot, tapi kurang paham beroperasinya jam berapa, lalu lanjut ngebis ke terminal Purbalingga. Nah dari terminal Purbalingga oper lagi ojek atau carter kendaraan. Karenanya, bagi saya, kalau berombongan banyak, sekitar 7-8 orang, lebih baik minta dijemput langsung ke stasiun Purwokerto 🙂

      Suka

    2. dari stasiun Purwokerto ke BC Bambangan bisa carter mobil avanza mbak. begitu keluar stasiun langsung ditawari kok kalo keliatan bawa keril. hehe
      waktu itu saya kena 200k (seorang patungan 50k). bisa minta mampir ke pasar dulu belanja logistik, dan perjalanannya sekitar 2-2,5 jam. semoga membantu

      Suka

      1. Rifqy Faiza Rahman Avatar
        Rifqy Faiza Rahman

        Terima kasih informasinya Mbak Farah, membantu sekali 🙂

        Suka

  40. mas saya InshaAllah ke slamet bulan ini tanggal 16-19 minta doanya ya supaya keturutan dan selamat pulang pergi Aamiin Ya Allah 😀
    Mumpung lagi libur kuliah mas jadi ngisi waktu liburan juga dan ini pendakian kedua saya setelah yang pertama cikuray kemarin 18-20 januari membuat saya ketagihan meskipun 7lelaki dan saya 1 perempuan sendirian kemarin hehehe
    mau tanya budgetnya nih mas kira” harus megang berapa gitu, saya dari jakarta kira” naik kereta planningnya

    Suka

    1. Rifqy Faiza Rahman Avatar
      Rifqy Faiza Rahman

      Wah bulan februari gini naik gunung? hehehe. Iya Mbak, hati-hati di jalan, utamanya pada cuaca/hujan badai yang bisa saja ekstrim. Dan juga trek Slamet dari Bambangan, kalau hujan itu licin dan bdrlumpur karena jalurnya lembab.

      Dari Jakarta turun di stasiun Purwokerto ya berarti? Di luar tiket kereta, kalau berbanyak (rombongan) bisa menghemat share cost transport PP stasiun ke basecamp Mbak. Paling2 pegang maksimal 500rb sudah aman Mbak. Tapi baiknya pastikan dulu ke pihak basecamp apakah pendakian untuk tanggal segitu bulan ini masih dibuka mengingat sudah masuk puncak musim penghujan 🙂

      Suka

  41. Ikut terharu, sampe gak sadar air matapun netes.. :’)
    Semoga tahun ini bisa menginjakkan kaki di Tanah Tertinggi Jawa Tengah. Amiin,

    Suka

    1. Rifqy Faiza Rahman Avatar
      Rifqy Faiza Rahman

      Aminnn, semoga kesampaian yaa. Terima kasih sudah meninggalkan jejak di sini 🙂

      Suka

  42. kemarin lewatin doang ga naek keatas haha

    Suka

    1. Wah selanjutnya naik ya hehe

      Suka

  43. aish keren, memang orang-orang yang suka ke alam, ke gunung misalnya. dia memiliki rasa yang kuat. rasa untuk menafsirkan keindahan yang dirasakan. apalagi kayak mas yang jago foto. hem… rasa itu jadi semakin kuat. saya suka foto dengan awan-awanya itu mas, keren dan memberikan kia banyak hikmah. kalau manusia gak ada apa-apanya

    Suka

    1. Sejujurnya sangat susah Mas menafsirkan atau menuangkan apa yang saya alami dan rasakan serta saya lihat saat itu ke dalam barisan kata-kata. Karena sebagus-bagusnya kita merangkai keindahan kata-kata, tak akan bisa menyamai apa yang kita rasakan secara langsung.

      Tapi benar, setidaknya kita bisa mendapatkan hikmahnya, insya Allah 🙂

      Suka

  44. wah asyiknya dan panoramanya indah

    Suka

    1. Mari setidaknya sekali mencoba naik gunung 🙂

      Suka

  45. Tulisannya gak kalah indah sama pemandangannya hahaha

    Suka

    1. Hahaha, terima kasih Mas 😀

      Suka

  46. Tulisanmu itu loh mas, dramatikal. Sama indahnya dengan pemandangan yang terhampar di blogmu 😀

    Suka

    1. Hahaha, terima Kasih Mbak Dee , terima kasih sudah sudi mampir 😀

      Suka

  47. Ikut berbahagia bagi anak-anak muda yang mencintai gunung. Kalau melihat Betapa indahnya kalau sudah sampai di atas saya memahami mengapa begitu banyak orang suka naik gunung 🙂

    Suka

    1. Iya Bu, terima kasih hehehe. Keindahan itu hanyalah satu dari sekian banyak yang dicari di gunung 🙂

      Suka

  48. Cakep pembawaanmu dalam menulis mas Rifqy. Duh, jadi pengen naik gunung nih. Aku bukan anak gunung sih. Kayanya bakal bisa nulis cakep kalau naik gunung . hehe. Ditunggu di Jogja lho

    Suka

    1. Ini Mbak Reza apa Mas Hanif? Hahaha. Ah tidak selalu kok Kak, tidak mutlak itu. Insya Allah someday 🙂

      Suka

  49. Kalo kata temen gw, gunung slamet ini banyak menyimpan cerita mistis
    Temen ku ilang 6 hari disana dan di temukan oleh sar setelah mereka tak berdaya

    Suka

    1. Iya Om, begitulah di gunung. Di Semeru malah lebih sering lagi kasus kayak gitu 🙂

      Suka

      1. Iya semeru juga banyak katanya, kmrn kan ada yg ilang trus ditemukan meninggal yaa di sana

        Suka

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

%d blogger menyukai ini: