Saya pikir sedang ada pertemuan lintas agama. Ada ulama berpakaian serba putih, mewakili umat Islam. Ada pendeta, bhiksu, bhiksuni, resi, brahmana, lalu disusul di belakangnyaĀ orang desa berkebaya. Ternyata bukan. Konsep demikian mengusung semangat pluralisme. Mengingatkan saya tentang sejarah salah satu anggota dewan Wali Songo, Sunan Kudus. Bagaimana dulu ia memikat pribumi setempat terhadap agama Islam. Dakwahnya santun, halus, tanpa memberangus kebudayaan setempat yang saat itu mayoritas beragama Hindu.
Terjadi akulturasi budaya, yang bukti sejarahnya bisa kita lihat di arsitektur menara Masjid Kudus. Perpaduan budaya Hindu, Buddha, Cina, Persia dan Islam.
* * *
Jalanan sekitar kawasan kampus Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto cukup padat. Jalan menuju GOR Satria, gelanggang utama pagelaran Parade Seni Jawa Tengah 2015, dibuat satu arah. Pak Pranoto terpaksa mengambil jalan memutar, melewati jalan gang sempit yang dipenuhi kos-kosan dan warung. Sempat lega ketika bertemu jalan besar, ternyata macet dan penutupan jalan terjadi kala mendekatiĀ Hotal Aston Imperium. Jalan Overstate Isdiman di depannya digunakan sebagai jalur parade.
Pak Pranoto kemudian mengarahkan mobil secara perlahan memasuki gang perkampungan sempit yang punya jalan tembus ke arah hotel Aston. Di sana sudah siap sedia juru dan lahan parkir dadakan. Kami yang sudah berpakaian batik rapi, Pak Pranoto yang malah sudah siap dengan pakaian khas Jawa Tengah lengkap dengan kerisnya, harus mengurungkan niat memenuhi undangan ke GOR Satria untuk melihat lebih dekat.

“Daripada nanti tambah macet dan tidak bisa masuk, nonton di pinggir jalan ini sajaĀ gapapa,Ā ya?” hibur Pak Pranoto. Kami setuju-setuju saja. Saya malahĀ mblusukĀ mencari tempat nyaman untuk mengambil gambar dan merekam video agar lebih dekat dengan peserta parade. Mbak Ratri menyeberang ke sisiĀ depan hotel Aston untuk tugas dokumentasi dari sisi lain.
Menurut Mbak Ratri, tahun-tahun sebelumnya parade seni selalu digelar di kota Semarang. Tapi tahun ini spesial. Purwokerto, Kabupaten Banyumas diberi kehormatan menjadi tuan rumah Parade Seni Jawa Tengah 2015. Saya rasa, memang sangat perlu sekali tuan rumah Parade Seni dibuat bergilir. Supaya ada kesempatan bagi 35 kabupaten/kota se-Jawa Tengah untuk unjuk diri. Supaya semarak, agar tidak tersentralisasi di kota-kota besar yang sudah populer.
* * *
Bersama sejumlah warga yang memadati tepi jalan, kami terkesima, tergelak, tergelitik, dan salut dengan kreativitas para peserta parade. Setiap kabupaten/kota menampilkan yang terbaik. Namun, saya kira para penonton yang meluber ini bisa menilai mana peserta yang kompak dan kreatif, mana pula yang biasa saja.
Di belakang Kudus, ada sejumlah kabupaten/kota yang kreatif danĀ fashionable. Seperti peserta dari Kota Salatiga. Desain kostumnya unik, mengingatkan saya tentangĀ eventĀ Jember Fashion Carnival. Saat meninggalkan tempat, saya sempat berucap pada Mbak Ratri, “Saya suka peserta dari Salatiga. Desain kostumnya kreatif dan rancak.”
“Mungkin karena sebentar lagi merekaĀ kanĀ mau jadi tuan rumahĀ Showtime Salatiga Carnival CenterĀ September nanti,” balasnya.

Ada juga yang heboh, menampilkan atraksi kesenian barongsai. Maaf saya agak lupa dari kabupaten mana. Sempat terjadi adegan lucu, di mana ada satu singa barongsai, tiba-tiba terdudukĀ ndeprokĀ di atas aspal. Kerumunan orang di dekatnya sempat terkejut dan tertawa. Mungkin dia kecapekan, istirahat dulu sejenak.
* * *
Seorang bocah laki-laki yang duduk di seberang jalan, persis di hadapan saya, tampak menguap lebar. Tanda mengantuk. Balon hijau berbentuk tusuk sate yang dipegangnya, sepertinya tak mampu lagi menghibur. Melihatnya ternyata menular, saya juga merasa mengantuk. Padahal masih belasan konvoi peserta parade lagi yang belumĀ lewat. Padahal sejatinya waktu belum terlalu larut malam.
Sebagian peserta parade di urutan belakang juga terlihat berjauhan. Kentara jika kelelahan, karena cukup jauh berjalan menuju lokasi utama: GOR Satria. Di sana pula peserta unjuk diri, menampilkan yang terbaik.
Namun, kami lebih memilih untuk segera makan malam di rumah makan yang hampir tutup. Lalu Pak Pranoto melajukan mobil menuju ke lokasi yang lebih tinggi, Baturraden. Di satu hotelĀ sederhana kami akan menginap semalam. Esok pagi, kami siap berjalan lagi.
Dari Mbak Ratri melalui Whatsapp, saya mendapatkan informasi para pemenang Parade Seni Budaya Jawa Tengah 2015 beserta seni yang ditampilkan sebagai berikut:
Penampil terbaik 1: Kabupaten Wonogiri (Tari Rasekso Giri)
Penampil terbaik 2: Kabupaten Blora (Ringkik Gidrang)
Penampil terbaik 3: Kota Semarang (Tari Gotong Royong)
Harapan 1: Kabupaten Grobogan (Tari Mlintheng)
Harapan 2: Kota Surakarta (Ramayana-Rama Tambak)
Harapan 3: Kabupaten Cilacap (Tari Cahgowak)
Favorit: Kabupaten Banyumas (Buncis Golek Gendong)
Foto sampul:
Peserta parade dari Kabupaten Kudus
Tinggalkan Balasan