Sebenarnya agak bingung dan rancu jika harus mengucapkan kata “terbaik”. Bukan berarti pantai-pantai lain di tempat kelahiran mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) tidak indah dan tidak lebih baik. Kata “terbaik” di sini bersifat subjektif. Murni berdasarkan pendapat dan pengalaman saya pribadi. Dan, untuk saat ini saya berikan ulasan kelima pantai yang berada di sebelah barat kota Pacitan tersebut. Sisanya, kelak saat saya kembali mendapatkan kesempatan bertualang lebih jauh.
Bisa dibilang, judul di atas belum selesai (belum titik). Tetapi, jika ditambahkan beberapa kata lagi dirasa terlalu panjang. Karena, yang saya maksud: berikut ini adalah ulasan singkat tentang lima pantai terbaik di barat kota Pacitan, yang layak untuk sekadar menghabiskan akhir pekan, mendirikan tenda (camp), atau bahkan berburu matahari terbit (sunrise) dan tenggelam (sunset).
Kelima pantai pilihan saya ini bukanlah tolok ukur mutlak bagi yang ingin berlibur ke Pacitan. Tetapi, kelima pantai ini kerap memberikan kesan mendalam bagi tamu-tamunya. Bagi saya, ada yang istimewa dengan kelima pantai tersebut.
Cara terbaik untuk mengunjunginya adalah dengan bersepeda motor. Transportasi beroda dua ini merupakan pilihan paling efisien, efektif, dan hemat sampai saat ini. Dikarenakan keterbatasan transportasi publik di Kabupaten Pacitan. Sudah siap? Mari kita mulai menyusuri dari sebelah barat kota Pacitan.
1. Pantai Srau
Setelah lepas kota Pacitan ke arah barat, Pantai Srau adalah yang paling pertama disinggahi. Terletak di Kecamatan Pringkuku, petunjuk menuju pantai ini cukup jelas terpampang mulai dari Jalan Raya Pacitan-Solo.

Srau memiliki tiga garis pantai yang dipisahkan tebing karang terjal dan sebagian menjulang cukup tinggi. Saya sering menyebut ketiga garis pantai tersebut dengan sebutan “Srau 1”, “Srau 2”, dan “Srau 3”. “Srau 1” adalah garis pantai pertama yang paling dekat dengan loket masuk. Juga yang paling dekat dengan fasilitas umum seperti pendopo, warung, musala, dan kamar kecil.

Secara umum, topografi tepi Pantai Srau berkarakter landai dan berpasir putih. Sebagai pantai yang menghadap laut selatan, tentu bukan tempat yang tepat untuk berenang. Ombaknya cukup ganas dan menderu-deru.

Pantai Srau, bagi saya merupakan salah satu pantai di Pacitan yang sangat nyaman untuk dijadikan tempat berkemah. Kita bebas mendirikan tenda (camp) di mana saja, asal jangan terlalu dekat dengan bibir pantai. Sebagai penyegar di Srau yang terik kala siang, buah kelapa muda utuh cocok dijadikan pelepas dahaga dengan harga yang sangat murah.

Bagi pemburu matahari terbit dan terbenam, kita bisa naik ke tebing yang berada di sebelah barat “Srau 1”. Di puncaknya terdapat kerangka bangunan yang mangkrak dan diselimuti semak-semak lebat.. Di sinilah salah satu tempat terbaik menyaksikan fenomena alam tersebut. Harap berhati-hati dengan karangnya yang tajam.
2. Pantai Watu Karung
Tak terlalu jauh dari Pantai Srau, terhampar Pantai Watu Karung. Masih masuk dalam wilayah Kecamatan Pringkuku.

Pantai Watu Karung sudah sangat dikenal sebagai tempat surfing kelas dunia. Banyak turis bule yang menyewa motor dari pusat kota, lalu menuju pantai ini dengan menenteng alat selancar.

Topografi Pantai Watu Karung juga landai dan pasirnya putih. Jika berjalan di tepi pantai, biasanya agak terseok karena struktur pasirnya yang tidak padat. Tetapi, ombaknya relatif tidak ganas karena keberadaan pulau karang di sisi selatan. Bagi peselancar (surfer), biasanya tempat terbaik berada di sisi antara pulau karang. Sehingga, peselancar harus berjalan terlebih dahulu atau berlayar dengan sampan menjauh dari bibir pantai.

Jika kita ingin menyaksikan pemandangan matahari terbit dan tenggelam dari pantai ini, naiklah ke atas tebing karang di sisi barat. Tentu, jika tujuannya untuk menyaksikan matahari terbit dan tenggelam, maka harus menginap setidaknya semalam di pantai ini. Baik itu menggunakan tenda atau menginap di homestay yang disediakan penduduk setempat.
3. Pantai Klayar
Berjalan terus semakin ke barat, akhirnya, kita tiba di maskotnya Pacitan. Sudah sejak lama pantai ini menjadi ikon pantai Kabupaten Pacitan. Dan saya akui, di pantai inilah yang memiliki lanskap pemandangan paling lengkap. Dulu awal menulis di blog ini, Pantai Klayar menjadi salah satu yang paling awal ditulis. Dan sampai sekarang menjadi artikel yang paling sering dibaca. Kapan-kapan akan saya tuliskan ulang perjalanan saya ke pantai ini.

Terletak di Kecamatan Donorojo, pantai ini biasanya dijadikan persinggahan akhir setelah wisatawan mampir ke Gua Gong yang memang searah. Tak heran jika akhir pekan apalagi hari libur nasional, ruas jalan Goa Gong – Pantai Klayar menjadi macet dan wisatawan kerap tak mendapatkan lahan parkir karena penuh. Sebuah pekerjaan rumah bagi pengelola dan pemerintah setempat agar sirkulasi wisatawan bisa lebih tertata.

Yang khas dari pantai berpasir putih ini menurut saya ada dua. Pertama, fenomena seruling samudera yang semburannya selalu ditunggu-tunggu. Kini, sudah ada petugas khusus yang mengawasi dan mendampingi wisatawan yang ingin menyaksikan seruling samudera. Saat air laut pasang dan ombak mulai menerjang kencang, petugas menutup tempat itu demi keamanan.

Kedua, matahari tenggelam. Jika ingin mendapatkan foto sunset yang dramatis, bisa naik ke tebing paling timur dari pantai ini. Atau, dari bawah pun sudah cukup. Langit senja berpadu dengan aliran ombak yang halus terekam dengan shutter speed lambat.

Bagi yang ingin melihat pergantian malam ke pagi, saya sangat menyarankan untuk menginap semalam di pantai ini. Bisa dengan mendirikan tenda, atau menginap di homestay milik penduduk setempat yang sudah semakin semarak.
4. Pantai Banyu Tibo
Sebenarnya, yang terdekat setelah dari Pantai Klayar adalah Pantai Buyutan. Namun, saya pikir lebih baik mengunjungi Pantai Banyu Tibo yang lebih jauh terlebih dahulu. Baru saat pulang mampir ke Pantai Buyutan.

Juga terletak di Kecamatan Donorojo, sampai saat ini, akses menuju Pantai Banyu Tibo masih sangat sempit. Meskipun sudah dicor sepanjang hampir 1 km setelah jalan aspal perkampungan, namun hanya cukup dengan satu mobil. Jadi, jika dua mobil berpapasan, salah satu harus mengalah. Menepi ke lahan kosong dengan dibantu petugas parkir. Kondisi seperti ini biasanya sering terjadi saat akhir pekan dan hari libur nasional.

Dinamakan “Banyu Tibo”, karena terdapat aliran air tawar yang jatuh ke pantai. Pantai Banyu Tibo termasuk yang paling berlimpah sumber air tawarnya dibandingkan keempat pantai lain yang saya sebutkan dalam tulisan ini. Di daerah karst nan kering seperti Pacitan ini, sumber air tawar tentu menjadi sangat berharga bagi penduduk setempat. Selain dimanfaatkan untuk mandi dan mencuci, juga menjadi sumber air minum sehari-hari.

Menurut penuturan petugas setempat, Pantai Banyu Tibo juga menjadi tempat pembudidayaan rumput laut. Bahkan kabarnya termasuk yang terbesar dan sekarang mulai sering diekspor. Kata petugas tersebut, banyak peneliti atau mahasiswa yang datang ke pantai ini untuk melakukan studi lebih lanjut.

Setelah berenang dan menari dengan ombaknya yang cukup ganas, biasanya wisatawan melakukan ritual akhir sebelum pulang. Yaitu mandi di “banyu tibo” berair tawar untuk membilas tubuh. Sangat menyegarkan!
5. Pantai Buyutan
Setelah penat berbasah ria di Banyu Tibo, kita bisa bermalam di Pantai Buyutan yang sunyi. Betapa tidak, untuk menuju tepi pantai ini, kita harus berjalan dari tempat parkir menyusuri jalan cor dengan kemiringan yang cukup menguras tenaga. Jadi, bisa dibayangkan betapa terjalnya turun dari tebing saat akses belum diperbaiki.

Tidak seperti bulan Maret 2014 lalu saat saya pertama berkunjung ke sini. Kali ini jalan rabat (cor) sudah membentang hingga tempat parkir. Turunan tajam selepas perkampungan juga sudah diaspal dan tidak terlalu curam.

Sebelum menuju bibir pantai, terdapat tandon berukuran besar untuk menampung air tawar. Yang biasa digunakan untuk minum, mandi, maupun mencuci bagi penduduk setempat. Jadi, tidak perlu khawatir kehabisan air saat berkemah di Pantai Buyutan.

Di antara sekian pantai yang saya sebut dalam tulisan ini, menurut saya Pantai Buyutan adalah tempat terbaik melihat matahari tenggelam. Pemandangannya benar-benar lepas tanpa terhalang tebing. Dari tepi pantai, saat cuaca cerah, kita bisa melihat matahari bulat tenggelam hingga hilang di balik horison samudera. Mencuatnya pulau karang yang berbentuk unik menjadi pemanis dalam frame foto senja.
* * *
Demikian kelima pantai terbaik di barat kota Pacitan pilihan saya. Intinya, tak cukup hanya sehari untuk mendapatkan pengalaman yang berkesan dari kelima pantai tersebut. Akan lebih nyaman jika mengunjunginya bukan pada saat hari libur. Akan lebih tenang, saya jamin. Silakan tinggalkan jejak di kolom komentar, atau hubungi saya lewat sosial media apabila ada yang ingin ditanyakan lebih lanjut.
Sebelum menutup tulisan ini, saya ingin berpesan kepada njenengan yang sempat membaca tulisan ini. Sebuah pesan penting dari saya pribadi berupa harapan besar agar tempat-tempat indah di Pacitan tetap terjaga keseimbangannya. Jika belum sanggup memenuhinya, saya berhak melarang njenengan untuk datang ke tanah kelahiran saya. Sederhana saja. Saya hanya ingin berpesan:
“Jadilah seorang pejalan yang bertanggung jawab.
Jagalah kebersihan dan kelestarian lingkungan, bawa pulang sampahmu, serta hormatilah penduduk dan budaya setempat. Ayo, Dolan Pacitan! “
Salam pelangi. (*)
Tinggalkan Balasan