Duhai Jenderal Besar, Kami Merindukanmu

Jenderal Besar Sudirman

Saya lupa hari apa saat itu.

Pembimbing lapang saya (Kasi Pangan di dinas) sedang kunjungan lapang ke kecamatan-kecamatan. Saya mohon izin untuk keliling ke arah Kecamatan Arjosari dan Nawangan, sekitar 45 km dari kota Pacitan. Selain melihat kondisi dan sistem pertanian di sana, saya penasaran dengan sebuah monumen yang terletak di atas bukit. Sebuah monumen yang benar-benar menggambarkan betapa terhormatnya pribadi yang tertancap kokoh, menjulang tinggi.

Nawangan adalah kecamatan paling tinggi di Pacitan, hawanya lebih sejuk. Dari atas bukit tertinggi, Gunung Lawu dapat terlihat jelas jika cuaca cerah. Di sini terdapat pertemuan jalur ke Ponorogo dan Wonogiri. Matahari sudah semakin terik kala motor sudah terparkir rapi. Uang sumbangan sukarela saya masukkan ke sebuah kotak atas instruksi petugas.

Monumen Jenderal Soedirman. Sebuah monumen di mana bukti jasa-jasanya jelas terlihat. Pacitan adalah salah satu wilayah yang dilewati dalam jalur gerilyanya. Sepi sekali, hanya para pedagang asongan dan segelintir pasangan muda-mudi yang tak tahu diri.

Berbagai kata-kata penyemangat penuh gelora menyambut dari pintu masuk. Relief-relief dinding begitu cantik terukir. Cukup detail menggambarkan jejak langkah perjuangan seorang Soedirman bersama pasukannya sekuat tenaga mempertahankan kemerdekaan NKRI. Relief-relief tersebut sebagian membuat saya terharu dan rasanya menusuk hati melihat betapa beratnya perjuangan yang dilakukan demi keutuhan Pancasila.

Relief yang menggambarkan pengorbanan Bu Dirman

Bangunan monumen ini cukup megah, walau sedikit catatan: sampah dan vandalisme. Saya banyak berharap agar pengunjung dan pengelola peduli dengan lingkungan monumen ini. Setidaknya ada rasa terima kasih terhadap almarhum H. Roto Suwiryo, salah seorang pengawal sang Jenderal dan penggagas berdirinya monumen ini.

Semakin masuk ke dalam, berundak-undak anak tangga siap menyambut ke hamparan berdirinya tokoh besar itu. Berdiri gagah dengan balutan jubah dan blangkon membuatnya begitu bersahaja. Ditambah kesan wibawa dengan bertumpu pada tongkat di tangan kirinya. Dalam tegap berdiri, seakan tak menghiraukan panas terik maupun hujan yang menerpa. Seakan menggambarkan perjuangannya masa kemerdekaan lampau yang tanpa lelah. Sebelum tuberkulosis merenggutnya, menyapa kematian. Penyakit yang tak dihiraukannya walau Presiden Soekarno memintanya untuk istirahat sekalipun.

Salah satu ungkapan penyemangat dari Jenderal Soedirman

Saya tertahan sejenak jelang pulang. Dalam hormat yang khidmat, dalam diam dan mata terpejam, saya harus berjanji akan turut menjaga keutuhan negeri ini seperti cita-cita para pejuang terdahulu. Dalam kondisi negeri yang seperti sekarang ini, saya seperti merindukan sosok Soedirman kembali hadir di tengah-tengah pasukan dan rakyat. Seorang jenderal besar sejati di antara jenderal besar yang sudah ada untuk Indonesia.

Sesaat sebelum benar-benar meninggalkan monumen indah ini, dalam hati terpatri doa-doa untuk sang Jenderal. Teladan atas perjuangannya untuk merah putih patut untuk dianut generasi setelahnya, utamanya generasi muda yang tengah goyah nasionalismenya.

Sembari menyitir harapan, semoga kelak segera ada kesempatan bersimpuh dan berdoa di atas pusaranya, di Taman Makam Pahlawan Kusuma Negara, Semaki, Yogyakarta. Juga ingin sekali bersua dan tegur sapa dengan para pemikul tandu sang Jenderal yang mungkin kini terlupakan. Hormat kami, Jenderal…

โ€œRobek-robeklah badanku, potong-potonglah jasad ini, tetapi jiwaku dilindungi benteng merah putih, akan tetap hidup, tetap menuntut bela, siapapun lawan yang aku hadapi.โ€

(Photo Credit: Rifqy Faiza Rahman – SE W8)

6 tanggapan untuk โ€œDuhai Jenderal Besar, Kami Merindukanmuโ€

  1. Nice article pak de ๐Ÿ™‚ Love it jadi pingin napak tilas kesana

    Suka

    1. Rifqy Faiza Rahman Avatar
      Rifqy Faiza Rahman

      Thank you, ๐Ÿ™‚

      Ayo lah ke Pacitan, maret ke pacitan sm Gamananta, rencana akhir maret…

      Suka

        1. Rifqy Faiza Rahman Avatar
          Rifqy Faiza Rahman

          Haha jare je bwi ๐Ÿ˜›

          Suka

  2. baca ini jadi pingin nyanyi Indonesia Raya… Biar tidak tinggal di Indonesia lagi, merah putih tetap di hati ๐Ÿ™‚

    Suka

    1. Rifqy Faiza Rahman Avatar
      Rifqy Faiza Rahman

      Harus mbak, meskipun negeri ini sedang berjuang untuk maju, tetap Garuda Pancasila yang mempersatukan kita, salut buat mbak Widiya yang bangga berhati merah putih walau tinggal di negeri orang ๐Ÿ™‚

      Suka

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

%d blogger menyukai ini: